Jumat, 17 April 2009

Seterilkan Budi pekerti Sebelun Ujian Nasional.!!!


20 s/d 24 April adalah hari dimana pertarungan hidup dan mati seorang pelajar kelas III SMA, MA/SMK. Pasalnya hari itu adalh hari dimana diselenggarakanya Ujian Nasional yang menjadi penentu kelulusan pelajar kelas III setelah belajar selama 3 tahun. Seakan hasil belajar 3 tahun hanya di tentukan oleh Ujian Nasional 5 hari saja. Hal ini sungguh menjadi sebuah perhatian yang besar oleh semua keluara pendidikan. Pelajar, Guru, kepala Sekolah dll. Dan juga pemerintah selaku pemegang kebijakan tentang Ujian Nasional(UN) merasa bahwa sistem Ujian Nasional saat ini dirasa jalan terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia. Karena setiap tahun nilai standar kelulusan selalu di naikan, yang bertujuan meningkatkan semangat belajar siswa agar bisa lulus ujian. Pemerintahpun juga berharap dan berusaha agar dalam penyeklenggaraan Ujian Nasional tidak ada kecurangan.

Pemerintah atau Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) melibatkan polisi dan tim independen dari perguruan tinggi (PT) yang berjumlah 55.265 orang, pengawas ruangan yang atas widya iswara, asosiasi pendidikan non-PGRI, dsb 1.03.000 orang.
20-24 April 2009 sekitar 2.207.805 pelajar SMA, MA, dan SMK akan mengahadapi Menjalani Ujian Nasional.(sumber Suara Merdeka 17 April 2008). Hal di atas dilakukan guna mengurangi kecurangan dalam ujian nasiomnal. Pemerintah menyatakan UN memang efektif untuk meningkatkan semangat belajar siswa terbukti berdasarka evaluasi tahun 2004, rata-rata nilai UN 5,5. Namun tahun 2008 meningkat drastis menjadi 7,3. Untuk mengantisipasi kecurangan pemerintah juga menseterilkan ruang Ujian, bahwa tidak boleh ada aktifitas apapun diruang ujian supaya proses ujian terhindar dari kecurangan dan kebocoran.

Sebenarnya tidak hanya ruang ujian yang harus di seterilkan, dan apakah benar peningkatan semangat belajar dapat di ukur dari rata-rata nilai kelulusan, saya rasa masih banyak kecurangan yang ada dalam pelaksanaan ujian nasional. Dan mungkin 50% dari siswa yang blulus bukan dari hasil belajarnya melainkan dari kecurangan-kecurangan dalam ujian, entah itu mencontek temanya, di bantu oleh guru, atau membeli jwaban dari calo yang tidak bertanggung jawab.

Maka tidak hanya ruang ujian yang di seterilkan, tapi Akhlak atau Budi pekerti dari semua keluarga pendidikan yang harus di seterilkan dari sifat-sifat tercela yang berpotensi melakukan kecuarangan dalam penyelenggaraan Ujian..

Jadi Aklhak para guru dan siswalah yang harus di sterilkan, karena meski pemerintah menyediakan tim pengawas ujian sebanyak apapun tapi jika pelaksana tidak memiliki dasar Akhlak yang baik tetap saja akan mencari Celah celah untuk bisa melakukan kecurangan dalam Ujian.....Kalau siswa dengan mencontek dan guru mencarikan jawaban untuk muridnya maka peningkatan semangat bekajar itu semua tidak benar.

J
adi solusinya adalah hendaknya semua sekolah lebih memperhatikan pendidikan agama yang mana bisa menjadi barometer ukuran Aklhak yang baik nagi semua warga pendidikan. Niscaya tidak ada lagi kecurangan dalam hal apapun terutama dalam pendidikan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sepakat................ SO say to AKU BOSAN SEKOLAH!!!!